Jumat, 16 Agustus 2013

Bama Is Aditya : Part Melahirkan

Hi tulisan..

Sudah lama sekali tidak menulis, walaupun terkadang terlintas untuk menulis. Tulisanku terakhir, mengenai masa kehamilanku. Sudah enam bulan lalu aku melahirkan bayiku, namun memori dihari itu, sangat ingin kutulis agar bisa kubaca lagi suatu saat nanti. Hari itu, Senin 4 Februari 2013, seperti biasa aku bersemangat bangun pagi, mandi, dan hendak jalan putar-putar halaman rumah selama satu jam. Aku memutuskan untuk melahirkan di Bekasi, karena disanalah orang tuaku tinggal. Sambil iseng-iseng puterin teras, aku menyapu kecil, pukul 7:30pagi air mengalir deras di daster yang aku gunakan. Panik! Suamiku, yang belum lima menit tersadar dari tidurnya, langsung diminta mamaku untuk mengantarku ke bidan, untung bidannya tidak jauh dari tempat tinggal orangtuaku. Sepanjang menuju bidan, aku hanya bisa pasrah, binggung harus memohon apalagi pada Allah SWT, yang terlintas dipikiranku saat itu "hari ini, adalah takdirku, pilihanku hanya menghadapinya bukan untuk menolaknya".

Semua rasa psikis bercampur dihari itu, rasa bahagia karena aku akan bertatapan dengan bayiku, rasa takut karena aku akan terpecah dalam dua alam (kehidupan atau kematian), rasa gembira karena aku akan menghadapi proses dimana makhluk bernyawa bisa keluar dari tubuhku. Masuk ruang bersalin, bajuku langsung diganti, tanganku diinfus, ini adalah pengalaman pertamaku bersama jarum infus (pegel, berat rasanya). Tidak lama kemudian, mamaku menyusul untuk melihatku. Dua jam berlalu, tanda-tanda bertambahnya pembukaan tidak tampak. Mamaku, kedua adikku, dan Khanza terus menemani, menyemangatiku, dan tidak putus berdoa untukku. Khanzalah yang paling exicited menyambut kehadiran adiknya, tidak sedikitpun dia mau jauh dari aku.

Tangan dan Infus

Pagi itu, aku belum sarapan, mama memaksaku dan menyuapiku agar ada makanan yang membantu tenagaku. Bidan menyarankan aku tidur dulu, agar ketika saatnya tiba, aku punya cukup cadangan tenaga. Ga ngantuk, jadi gimana bisa tidur..? akhirnya bidan memberiku obat tidur, :D aku tetap tidak tidur. Jam 11 siang, aku muntah, semua makanan yang disuapi mama hilang bersama muntahku. Badanku semakin berat, lelah, tapi aku masih bisa tersenyum, suamiku tak henti melepaskan lelucon-lelucon kecil. Asisten bidanku, selalu setia menggelus-elus pinggangku, yang sejak masuk ruang bersalin aku diminta tidur dengan posisi miring kekiri (karena bayiku terlalu kekanan mencari jalan lahirnya).

Tidak luput dari ingatan, saat itu sekitar jam dua siang, bidan kembali memeriksa keadaan bayiku. Ternyata aku masih pembukaan dua! Bidan menambah obat induksiku, setelah sebelumnya dua botol cairan infus yang disuntik (entah apa,,), dua obat yang dimasukkan ke kelaminku (maaf..) dan dua obat lagi ke anusku (maaf lagi..) secara berkala, artinya siang itu sudah tiga obat yang masuk, dengan total enam.. Tibalah saatnya aku berjuang menghadapi hidup dan matiku...

continue...

-indri-
Share:

0 komentar:

Posting Komentar